Para pemudik mulai pulang ke kota-kota asal, usai melepas rindu di kampung halaman, dan rindu itu sebenarnya terlarang karena khawatir virus corona kian menjadi pasca libur lebaran ini berakhir.
Sejatinya pemerintah melarang mudik memang berat, seberat rindu para pemudik terhadap kampung halaman dan sanak saudara yang telah sekian lama mereka tinggalkan.
Namun terpaksa rindu itu harus terlarang, karena virus corona masih ada dimana-mana, bisa menginfeksi siapapun dan dapat memicu krisis kesehatan yang mengerikan, membuat pandemi COVID-19 semakin berkepanjangan.
Padahal teknologi sudah menyediakan fasilitas untuk melepas rindu secara virtual seperti video call dan zoom, tapi sebagian warga keukeuh ingin mudik, alasannya tadi itu, bukan saja rindu kampung, orang tua, sanak saudara, tapi mereka juga melakukan tradisi ziarah kubur.
Oleh karenanya, mereka heroik melakukan mudik, berbagai cara dilakukan agar lolos dari petugas penyekatan dan sampai kampung halaman.
Tempat wisata berjubel
Libur lebaran ini tak hanya sebatas urusan mudik yang bikin pusing pemerintah, tapi juga semua tempat wisata ramai pengunjung bahkan tak bisa dikendalikan lagi.
Pantai, kolam renang, mall-mall, dan wahana hiburan lainnya berjubel pengunjung rentan abai terhadap protokol kesehatan. Itu bukan saja dari wisatawan lokal, ada juga dari luar daerah, dan diantaranya ya para pemudik tadi yang rindu tempat wisata di daerahnya.
Di Banten, Gubernur Wahidin Halim sampai-sampai mengeluarkan surat perintah yang ditujukan kepada bupati dan wali kota di wilayahnya. Isi titahnya adalah agar kepala daerah itu menutup semua objek wisata sampai akhir bulan ini.
Bahkan Bupati Tangerang Zaki Iskandar turun langsung membubarkan pengunjung objek wisata Tanjung Pasir yang membludak dan tidak bisa dikendalikan lagi.
Hal serupa terjadi di wilayah lain, di Jawa Barat, Gubernur Ridwan Kamil juga menutup akses menuju tempat-tempat wisata, antara lain Ciwiday dan Pangandaran.
Pandemi bisa semakin panjang
Presiden Joko Widodo mengatakan terdapat 1,5 juta orang yang melakukan mudik pada lebaran kali ini. Meskipun secara peresentase hanya sekitar 1,1 % saja, tapi kata Jokowi, jumlahnya yang jutaan itu sangat berpotensi terjadi penularan di daerah.
“Memang 1,1 % kelihatan kecil, tapi kalau dijumlah ternyata masih besar sekali,” ujar Presiden Jokowi, saat memberi arahan antisipasi lonjakan COVID-19 pasca libur lebaran kepada kepala daerah secara virtual, Senin (17/5/2021).
Oleh karena itu, Jokowi meminta, untuk menekan kasus aktif COVID-19 harus ada konsistensi sinergitas antara pusat dan daerah, dan juga harus memiliki ketahanan atau endurance.
“Karena tidak mungkin selesai dalam waktu sebulan dua bulan, dan pandemi ini diprediksi berakhir dengan waktu yang cukup lama,” kata Jokowi.
Apa yang disampaikan Presiden Jokowi itu menjadi catatan bahwa bukan masalah kecilnya peresentase jumlah pemudik, namun mobilitas warga yang cukup tinggi dalam waktu yang hampir bersamaan sangat berpotensi memicu gelombang besar kasus aktif COVID-19 jika tidak diwaspadai.
Seperti yang terjadi di negara India adalah peringatan bagi semua negara khususnya Indonesia. Krisis COVID-19 India terjadi akibat warganya tidak mengindahkan ketentuan kesehatan dalam kondisi pandemi.
India sangat terpuruk dan kacau balau menghadapi situasi krisis kesehatan itu. Kasus aktif COVID melonjak bak tsunami, angka kematian saban hari meningkat.
Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya tak mampu lagi menampung pasien infeksi virus corona baru. Akibatnya krisis kesehatan di India sangat memperihatinkan dan mengerikan.
Karena itu, Badan Kesehatan Dunia WHO menyebut bahwa pandemi COVID-19 masih jauh dari selesai dan berkepanjangan, lantaran laju penularan virus corona masih terus tumbuh dan berkembang dengan cepat.
Pemulihan ekonomi
Menjaga bandul pemulihan ekonomi dengan pengendalian kasus aktif COVID-19 memang harus seimbang. Kendati dalam praktiknya menjadi dilema tersendiri, jika kurang tepat dalam mengambil kebijakan, maka bandul itu menjadi tidak sejalan.
Hanya dalam sekejap saja, pandemi ini telah menghancurkan semua sektor kehidupan. Ekonomi terdampak paling serius, industri bayak yang terjungkal berujung PHK besar-besaran.
Sektor ril sekarat tak bisa bergerak lantaran berbagai aturan pembatasan untuk mencegah penularan virus corona. Tinggal menunggu waktu, kemiskinan akan nampak, dan kesenjangan sosial pun akan segera terlihat.
Andaikan saja pandemi ini telah usai, tentu lebaran Idul Fitri merupakan momen baik untuk membangkitkan ekonomi yang terhimpit karena COVID.
Dan para pemudik pun bisa pulang tanpa harus mengelabui petugas penyekatan untuk sampai kampung halaman, dengan wajah merona mereka bisa bebas melepas rindu tanpa dilarang.(*)
Oleh: Endang JP/Pemred Redaksi24.com