Menghillangkan Ketakutan dan Memperkuat Harapan

oleh -
covid-19

Oleh Endang JP, Pimred Redaksi24.Com

REDAKSI24.COM—Pandemik Covid-19 telah menimbulkan kecemasan yang mendalam bagi separuh lebih penduduk bumi ini. Kecemasan semakin menguat manakala serangan virus ini sulit dibendung lantaran penyebarannya begitu cepat dan massif hingga puluhan ribu korban jiwa terus berjatuhan, dan ketakutan bencana kemanusian secara global pun bisa terjadi.

Terdapat 209 negara dan wilayah di seluruh dunia yang telah melaporkan Covid-19. Jumlah pasien kasus corona di dunia, hingga Rabu (8/4/2020) mencapai 1.431.691 kasus atau dalam 24 jam bertambah 79.000 kasus, dengan jumlah korban jiwa 82.078, dan 302.150 dinyatakan sembuh.
Di Indonesia trend penyebaran covid-19 terus meningkat dengan sebaran wilayah semakin meluas hingga 32 provinsi, dengan data terakhir total terinfeksi corona 2.956 kasus, 240 meninggal dunia, dan 222 dinyatakan sembuh.

Seperti Membuka Kotak Pandora

Sejak Maret awal ditemukannya kasus positif corona seperti telah membuka Kotak Pandora bangsa ini dalam menghadapai serangan wabah corona. Segala macam kesulitan pun terkuak, rumah sakit belum siap, masker kurang, alat pelindung diri atau APD bagi tenaga medis kurang, hingga kita terlihat kedodoran untuk membendung pandemik covid-19 ini. Akibatnya krisis kesehatan pun terjadi, pendidikan anak-anak terhenti sebelum waktunya, dan ekonomi rakyat terpuruk.

Sepertinya memang kita lengah dan telah menganggap enteng ancaman wabah ini, padahal jauh sejak awal tahun serangan virus ini di Wuhan Tiongkok sudah mengirim peringatan begitu dahsyatnya serangannya, hingga pemerintah setempat langsung menutup total atau lockdown Kota Wuhan.

Parahnya, pengetahuan kita tentang virus jenis baru ini pun minim, sehingga upaya pencegahan maupun pemberantasan yang dilakukan secara sporadis terkesan latah dan sebagai bentuk kepanikan saja, tanpa tahu itu efektif atau tidak, aman atau tidak. Seperti ramai-ramai menyemprotkan disinfektan ke jalan-jalan, bahkan ke tubuh manusia hingga kuyup bau karbol dan pemutih pakaian.

Kesulitan itu terus berantai setelah hampir satu bulan jurus pembatasan sosial dan jaga jarak belum juga mempan memberantas virus corona. Setiap hari orang terinfeksi makin banyak, ekonomi rakyat kian terhimpit.

Akhirnya karena tak tahan tinggal di kota tanpa penghasilan dan takut kelaparan, mereka pun ramai-ramai mudik pulang kampung, dan menebar ‘teror’ semakin luas lagi ke berbagai daerah.
Rakyat pun kian cemas terhadap kondisi ini, serangan musuh tak terlihat namun mematikan. Di lingkungan sekitar sudah tidak tahu lagi siapa yang sakit terjangkit, siapa yang sehat, semua tercampur tidak dipisahkan, tinggal menunggu nasib giliran kapan terpapar.

Harus Memperkuat Harapan

Kendati demikian, di dalam Kotak Pandora itu masih tersisa satu hal yaitu harapan. Upaya keras pemerintah tak terhenti untuk membendung invasi virus ini dengan berbagai kebijakan yang dapat memberikan harapan kepada rakyat, bencana ini bisa diatasi, dan kondisi buruk segera berlalu.

Untuk memperkuat harapan diperlukan keterlibatan seluruh elemen bangsa, untuk mencapai tujuan yaitu membebaskan rakyat dari ancaman wabah virus ini. Keterlibatan tokoh masyarakat dan pemuka agama bisa memberikan motivasi kepada rakyat, sehingga secara partisipatif keterlibatan rakyat bisa konkrit terwujud melalui gerakan gotong royong dan solidaritas sosial dalam menghadapi musibah ini.

Rakyat tetap percaya dan berharap, apapun jalannya pemerintah bisa menumpas virus ini. Menyelesaikannya dengan sesegera mungkin, karena harus berpacu dengan waktu agar bangsa ini terhindar dari bencana kemanusiaan.

Walaupun sekarang banyak orang mendadak jadi ahli corona, berbagai jurus dan teori menghalau corona mereka perdebatkan tanpa solusi konkrit, layaknya komentator sepak bola di pinggir lapangan yang bikin gaduh. Belum lagi banyak berita-berita hoaxs berseliweran menebar ketakutan, semua itu hanya membuat bingung dan semakin takut rakyat saja.

Sesungguhnya kita harus fokus dalam mencapai harapan, seperti cerita Katak Kecil yang cukup popular dalam lomba memanjat gedung tinggi. Ratusan Katak Kecil pun berjatuhan ditengah lomba, kecuali satu saja yang terus memanjat hingga berhasil sampai atas gedung dan juara.
Ketika Katak Kecil itu ditanya, apa rahasia kekuatan hingga berhasil memanjat gedung setinggi itu, padahal begitu gaduhnya penonton. Katak Kecil hanya senyum dan tidak berkata apa-apa. Karena ia tuli. (*)