KABUPATEN PANDEGLANG, REDAKSI24.COM – Petani talas beneng (besar dan koneng) asal Desa Ciherang Jaya, Kecamatan Cisata, Kabupaten Pandeglang, Banten, Ahmad Rojali mengaku, sudah menanam talas beneng seluas tiga hektar lebih.
Bahkan, Rojali sudah beberapa kali panen, baik panen daun maupun umbinya. Karena, menurut dia, talas beneng itu tidak hanya umbi tetapi daunnya juga memiliki nilai jual yang tinggi.
“Memang pemasarannya ekspor, namun sejauh ini kami menjualnya ke penampung lokal dulu, seperti ke Bekasi, Bogor dan daerah lainnya. Karena untuk diekspor langsung ketersediaannya belum mencukupi,” ujar Rojali di rumahnya, Selasa (24/11/2020).
Saat ditanya berapa harga penjualan hasil panen talas beneng tersebut. Rojali mengaku, untuk umbinya yang belum diolah sebesar Rp1.500 per kilogram. Namun ketika sudah diolah harganya mencapai Rp 8 ribu per kilogram.
“Daun basah yang sudah diolah harganya Rp 1.500 per kilogram, jika sudah dikeringkan mencapai Rp18 ribu per kilogram,” katanya.
BACA JUGA: Pemprov Banten Siapkan Strategi, Tingkatkan Ekspor Talas Beneng Khas Pandeglang
Saat ditanya lagi berapa lama usia panen dari sejak tanam, ia mengaku mulai dari menanam hingga panen itu membutuhkan waktu selama 4 bulan, itupun panen daunnya. Sementara untuk panen umbinya itu selama satu tahun.
“Selain menanam kami juga mengolah hasil panennya, seperti daunnya diolah dulu baru dijual baik yang masih basah maupun yang sudah kering. Begitupun umbinya juga ada yang diolah dulu dan ada yang langsung dijual,” tuturnya.
Untuk ekspor hasil panen talas beneng, tambah Rojali, itu ke Negara Belanda dan Jerman. Bahkan sekarang ini juga sudah banyak permintaan dari beberapa Negara lain, namun ia tidak bisa memenuhi karena ketersediaannya terbatas.
“Kalau permintaan sudah banyak, tapi karena barangnya terbatas jadi kami belum bisa memenuhi pasar yang lebih luas lagi,” tambahnya.
Saat ditanya apakah sejauh ini ada kendala dalam pemgembangan talas beneng tersebut, menurut dia, kalau kendala dalam penanaman hanya pada penyuluhan saja dari pemerintah, karena selama ini ia dan petani lainnya menanam talas beneng secara otodidak.
Adapun kendala dalam pengolahan, itu bagian pengeringan saja yang sedikit terhambat, karena ia tidak memiliki alat pengering, sehingga jika musim hujan seperti ini produksinya terhambat.
“Mudah-mudahan pemerintah bisa membantu alat pengering. Karena jika musim hujan, pengolahan talas beneng terhambat,” tandasnya.
BACA JUGA: Kementan: Serang dan Pandeglang Jadi Sentra Keripik Talas Beneng
Anggota DPRD Pandeglang dari Fraksi Golkar, Miftahul Farid Sukur, memberikan suport kepada petani talas beneng di Kampung Ciherang, Desa Ciherang Jaya, Kecamatan Cisata, Pandeglang, agar tidak patah semangat dalam mengembangkan wirausahanya.
Menurut politisi Golkar itu, talas beneng saat ini tengah ngetrend, bahkan untuk pemasarannya hingga ke mancanegara. Sejumlah Negara siap menampung talas beneng tersebut. Untuk itu, kata Farid, ini menjadi peluang emas bagi para petani talas beneng.
“Terus berkarya dalam mengembangkan pertanian talas beneng. Sebab sekarang pasarannya sedang bagus, sehingga bisa meningkatkan prekonomian petani,” ungkap Farid kepada petani talas beneng usai reses di Desa Ciherang Jaya, Kecamatan Cisata, Selasa (24/11/2020).
Anggota DPRD Pandeglang asal Menes itu juga sempat berbincang langsung dengan petani talas beneng. Ia berdialog seputar pengembangan talas beneng dan pemasarannya. Jika ada kendala dalam pengembangannya, pihaknya siap mendorong dan memfasilitasi agar pemerintah daerah bisa membantu para petani talas beneng ketika ada kesulitan.
“Tentu saya sangat mendukung petani talas beneng ini. Artinya petani ini sudah menggali dan mengembangan potensi alam untuk peningkatan ekonomi warga, apalagi saat ini pasarannya cukup bagus, sehingga peluangnya cukup besar,” katanya.(Samsul Fathoni/Difa)